Problematika
dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca
OLEH KLP IV
ABD. AZIS
SYAMSURIJAL
JULIATI
PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
PROGRAM PENDIDIKAN
BAHASA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
JULI 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditetapkan bahwa
pembelajaran bahasa harus mengacu kepada
jenis teks yang telah ditetapkan
kemudian dijabarkan kedalam beberapa Standar Kompetensi. Standar kompetensi
inilah yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi dasar yang dikemas
dalam keterampilan menyimak , membaca,
berbicara dan menulis.
Membaca adalah salah satu dari
keempat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Pemahaman wacana
menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan sekaligus merupakan alat ukur
untuk mengetahui sejauh mana kemapuan siswa menguasai keterampilan membaca
tersebut. Siswa dituntut untuk dapat memahami
wacana dengan cara menentukan informasi global (gambaran umum isi
wacana), selektif ( informasi tertentu dari wacana) dan dapat menemukan
infotmasi detail (rinci) ,baik yang tersurat maupun yang tersirat serta
memahami kosa kata tertentu dalam wacana sesuai indikator pembelajarn yang
telah ditetapkan. Namun dalam kurikulum sama sekali tidak diberikan rambu
–rambu tentang pembelajaran pemahaman wacana tersebut.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar Bahasa
di SMA, Motivasi siswa untuk membaca masih kurang, kemampuan
siswa memahami wacana sangatlah rendah. Siswa masih kurang mampu menetukan informasi global, informasi
selektif dan informasi rinci yang terdapat dalam wacana dan memaknai kosa kata dalam kalimat
meskipun telah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan alokasi waktu
yang maksimal.
B.
Rumusan masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, maka
rumusan masalah pada makalah
ini adalah :
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada siswa ?
2.
Bagaimana
meningkatkan pemahaman siswa terhadapa Wacana ?
2. Pemecahan Masalah
Masalah tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa dan kekurangmampuan siswa memahami
wacana dapat dipecahkan melalui beberapa strategi dan teknik membaca.
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas , maka tujuan
makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca melalui pemaparan masalah
membaca dan upaya mengatasinya.
b. Meningkatkan kemampuan siswa memahami wacana melalui strategi
pembelajaran pemahaman wacana.
Jika kedua tujuan tersebut diatas
tercapai , maka akan dapat meningkatkan keterampilan membaca dan kemampuan pemahaman wacana.
2.
Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi pembaca mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca.
2. Sebagai acuan bagi pembaca untuk dapat
lebih mudah memahami wacana.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Problematika dalam
Pembelajaran Keterampilan Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman).
Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold (dalam
Rahim, 2011) ialah faktor
fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis.
1.
Faktor
Fisiologis
Faktor Fisiologis mencakup
kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga
merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya
belajar membaca,. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis
(misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan
salah satu factor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan
kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda
yang disebutkan diatas.
Gangguan
pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan biasa memperlambat
kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin sukar bagi
anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran.
2.
Faktor
intelektual
Istilah
intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang
terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya
secara tepat (Page, dalam Rahim 2011). Terkait dengan penjelasan Heinz diatas,
Harris dan Sipay (1990) mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global
individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat
secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian
Ehansky dan Muehl dan Forrel yang dikutip oleh Harris dan Spay (1990)
menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posotif (tetapi rendah) kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan
rata-rata peningkatan remedial
membaca.
Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau
tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut
mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.
3.
Faktor
Lingkungan
Factor
lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Factor
lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan
(2) sosial ekonomi keluarga
siswa.
a. Latar
Belakang dan Pengalaman Anak di Rumah
Rubin (dalam
Rahim, 2011) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa
mengarahkan anak-anak mereka kepada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka
menantang anak untuk berpikir , dan suka mendoakan anak untuk mandiri merupakan
orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik
untuk belajar disekolah.
Rumah juga berpengaruh pada sikap
anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi
buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka
umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat
yang besar terhadap kegiatan sekolah anak-anak mereka belajar, dapat memacu
sikap positif anak dalam belajar, khususnya belajar membaca.
b.
Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi, orang, dan lingkungan
tetangga merupakan factor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa status social ekonomi siswa mempengaruhi
kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status social ekonomi siswa semakin
tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang berasal dari rumah yang
memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan
bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yanggi (Crawley &
Mountain, dalam Rahim 2011).
4.
Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi
kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis.. faktor
ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
1.
Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca.
Eanes (dalam Rahim, 2011) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana,
tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktir
pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak
mengalami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Crawley dan Mountain (dalam
Rahim, 2011) mengemukakan bahwa motivasi ialah suatu yang mendorong seseorang
belajar atau melakukan suatu kegiatan.
Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Menurut
Frymier, ada lima cirri siswa yang mempunyai motivasi yang biasa diamati guru sebagai berikut :
1.
Persepsinya terhadap waktu : siswa menggunakan waktu
secara realistis dan efisien ; mereka
sadar tentang masa sekarang, masa lalu,
dan masa yang akan datang.
2.
Keterbukaannya pada pengalaman : siswa termotivasi
mencari dan terbuka pada pengalaman baru.
3.
Konsepsinya tentang diri sendiri : siswa mempunyai
konsepsi diri yang lebih jelas dibandingkan dengan siswa yang tidak termotivasi
dan merasa seolah-olah dirinya orang penting dan berharga.
4.
Nilai-nilai : siswa cenderung menilai hal-hal yang
abstrak dan teoritis.
5.
Toleransi dan ambiguitas ; siswa lebih tertarik pada
hal-hal yang kurang jelas yang belum diketahui, tetapi berharga untuk mereka.
Terkait dengan pendapat Crawley dan mountain di atas, Rubin (dalam
Rahim, 2011) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting bagi
kesuksesan belajar ialah motivasi, keinginan, dorongan dan minat yang
terus-menerus untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, guru
mempunyai tanggung jawab untuk selalu memotivasi siswa agar berhasil
menyelesaikan tugas belajar mereka dengan baik.
Untuk
memotivasi meningkatkan hasil belajarnya, guru bisa memberikan model dan contoh
untuk dilihat dan ditiru. Misalnya dengan mencontohkan bagaimana membacakan
cerita pendek cerpen), guru bias mencontohkan bagaimana intonasi dan lafal yang
sesuai dengan isi ceirta pendek tersebut. Guru juga harus memodelkan ekspresi
wajah atau tindakan action) yang menggambarkan peristiwa sedih dan gembira
berdasarkan isi cerita pendek tersebut.
Suasana belajar
yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping
itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih baik memotivasi
siswa agar belajar lebih intensif. Seseorang tidak berminat belajar kalau dalam
keadaan tertekan. Untuk usia dini bias diwujudkan dalam bentuk permainan,
sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan dalam bentuk
eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang menjelaskan tentang
petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian siswa mencoba
memodifikasinya sehingga pesawatnya bias terbang lebih jauh.
2. Minat
Minat baca ialah
keinginan yang kuat disertai usaha-usaha untuk membaca. Orang yang mempunyai
minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat
bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.
Crawley dan
Mountain (dalam Rahim, 2011) mengidentifikasi tujuh factor yang mempengaruhi
perkembangan minat anak. factor-faktor
itu adalah sebagai berikut.
a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap
sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.
b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak
informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika
informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.
c. Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah
mata pelajaran disajikan oleh orang yang berwibawa.
d. Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang
mudah dipahami oleh anak akan menarik minat mereka.
e. Tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa
merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat
membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
f. Kekompleksitasan
materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel
secara psikologi lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.
Dari
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus berusaha memotivasi
siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan
mempunyai minat yang tinggi pula terhadap
kegiatan membaca.
3. Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian
Diri
Ada tiga aspek
kematangan emosi dan sosial.
Yaitu (1) stabilitas emosi, (2) kepercayaan diri, (3) kemampuan
berpartisipasi dalam kelompok.
Harris
dan Sipay (dalam Rahim, 2011) mengemukakan bahwa siswa yang kurang mampu
membaca merasakan bahwa dia tidak mempunyai kemampuan yang memadai, tidak hanya
dalam pelajaran membaca, tetapi juga pelajaran lainnya. Dari sudut pandang ini,
salah satu tugas membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang
kemampuan belajar membacanya dan meningkatkan rasa harga dirinya (self esteem).
Program yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tersebut menurut Harris dan Sipay mempunyai empat aspek
utama, yakni sebagai berikut.
1.
Pembaca yang lemah (poor
reader) harus dibantu agar dia merasakan bahwa dia disukai, dihargai, dan
dipahami.
2.
Pengalamannya tentang keberhasilan mengerjakan tugas
harus dirasakannya sebagai suatu kemampuan.
3.
Anak-anak yang berusaha dengan semangat harus diberi
dorongan untuk mencapainya dengan menggunakan bahan bacaan yang menarik.
4.
Siswa bisa dilibatkan dalam menganalisis masalah yang
mereka temui dalam membaca, kemudian merencanakan dalam kegiatan-kegiatan
membaca, dan menilai kemajuan membaca mereka.
B.
Peningkatan keterampilan membaca dalam
pembelajaran
Keterampilan membaca dalam bahasa Jerman memang merupakan keterampilan
yang bersifat Rezeptiv (Passiv) tetapi tidak kalah penting dengan keterampilan
lain dalam upaya penguasaan keterampilan berbahasa , sehingga guru dituntut
untuk dapat membimbing siswa-siswanya agar dapat memahami wacana dengan
baik.
Dalam
keterampilan membaca , kemampuan memahami wacana dijadikan prioritas dalam
skala penilaian.Untuk meningkatkan kemampuan pembelajar (siswa) memahami wacana. Perlmann – Balmen (2000) memberikan rambu rambu untuk memahami wacana sebagai
berikut :
(1).
Lesestile ( Tujuan membaca)
Memahami wacana tidak selalu harus mamahami semua arti kata dalam
wacana, melainkan pembelajar harus terlebih dahulu menentukan informasi yang yang
akan diperoleh dari wacana tersebut. Dalam Kompetensi Dasar dan Indikator
bahasa Jerman, informasi yang akan diperoleh dari wacana adalah sebagai
berikut:
a. Globales oder Uberfliegendes
lesen (menentukan gambaran umum atau informasi global tentang isi wacana).
Menentukan informasi global dalam wacana tidaklah terlalu sulit, jika
pembelajar terlatih menemukan kata kata kunci yang tedapat dalam
wacana.Pembelajarhanya ditintut untuk menggali informasi yang menjadi gambaran
umum tentang isi wacana.
b. Selektives oder Suchendes
Lesen ( Menemukan informasi selektif dalam wacana)
Dalam menentukan informasi selektif, tidak semua bagian wacana harus
dibaca. Pembelajar hanya mencari
informasi yang dibutuhkan sesuai printah soal.
c. Detailiertes oder Genaues
Lesen ( Pemahaman wacana secara detail atau menyeluruh)
Semua bagian wacana penting untuk dipahami dan harus dibaca kata per
kata, sehingga membutuhkan konsetrasi yang tinggi dan penguasaan kosa kata yang
memadai.
(2). Textsorte ( Jenis Wacana )
Sebelum membaca wacana,
pembelajar harus terlebih dahulu menentukan jenis teks , apakah wacana yang
akan dibaca tersebut berupa surat , deskripsi, iklan, dialog , artikel, atau
bentuk test yang lain dan menyesuaikannya dengan lesestile yang telah diuraikan diatas.
( 3). Lesesrtategie ( Strategi Membaca )
Agar dapat
memahami wacana dengan cepat, Perlmann – Balmen menganjurkan beberapa Tipps
debagai berikut :
1.
Memperhatikan Layout, gambar, grafik dalam wacana
secara sekilas.
2.
menentukan bentuk wacana
3.
memahami judul wacana
4.
menetapkan kata kunci dalam wacana
5.
menentukan angka/kata bilangan yang terdapat dalam
wacana
6.
memilih kata – kata sulit dalam wacana
7.
berupaya mengetahui kata kata sulit dengan bantuan
gambar dan atau konteks bahasa internasional/bahasa ibu
8.
memahami konektor dan preposisi yang digunakan dalam
wacana
9.
memahami penggunaan bahasa dan unsur bahasa dalam
wacana.
1)
STRATEGI
PEMAHAMAN BACAAN
Strategi adalah
ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang
dapat dikerahkan untuk mencapai tujuanyang telah ditetapkan. Dalam teori
membaca dikenal beberapa strategi membaca. Pada dasarnya, strategi membaca
menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga sehingga dia
memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Klein dkk. (dalam Rahim, 2011)
mengategorikan model-model strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu :
- Strategi Bawah-Atas
Dalam strategi
bawah-atas pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran kebahasaan yang
paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca model ini mulai dari
mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ketataran
yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman ini
dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang
lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi.
- Strategi Atas-Bawah
Strategi
atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-atas. Pada strategi atas-bawah,
pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal
ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. Strategi kemudian
dikembangkan oleh Long & Richards (dalam Rahim, 2011) yang mendasarkan
teorinya pada konsep psikolinguistik. Yang mengemukakan bahwa kemampuan membaca mencakup keterampilan
memproses bahasa yang juga diaplikasikan dalam bahasa lisan (seperti grafem
morfofonemik, suku kata informasi morfem, seperti hubungan antarlambang tulis,
makna morfem, makna sintaksis, makna leksikal, dan makna kontekstual).
- Model Strategi Campuran (Eclectic)
Klein, dkk. mengemukakan bahwa guru yang baik tidak perlu
memakai satu teori saja.
Mereka bisa
mengambil dan memilih yang terbaik dari yang semua strategi yang ada, termasuk
pandangan-pandangan teoritis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model
bawah-atas dan atas-bawah bisa digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
- Model Strategi Interaktif
Menurut teori
skema, suatu teks hanya menyediakan arahan bagi pembaca dan pembaca seharusnya
menemukan dan membangun sendiri makna teks
berdasarkan pengetahuan awal mereka. Pengetahuan yang telah dimiliki
pembaca atau yang mereka telah terima sebelumnya desebut latar belakang
pengetahuan pembaca, dan struktur pengetahuan awal tersebut disebut schemata
(Rubin, dalam Rahim, 2011). Skemata merupakan susunan kognitif yang diperoleh
seseorang melalui suatu proses. Anak mengembangkan dan mendapatkan informasi
demi informasi yang kemudian mengategorikan semua informasi baru. Pada kegiatan
membaca, skemata berfungsi untuk menangkap makna bacaan. Menurut teori
skema,memahami suatu teks merupakan suatu proses interaktif antara latar
belakang pengetahuan pembaca dengan teks. Pemahaman yang efisien
mempersyaratkan kemampuan pembaca menghubungkan materi teks dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya semata-mata memahami
makna kata-kata dan kalimat dalam suatu
teks saja, tetapi juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan
teks yang dibacanya.
- Strategi KWL (Know-Want to Know –Learned)
Strategi KWL
memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan suatu peran aktif siswa
sebelum, saat, dan sesudah membaca. Strategi ini membabtu mereka memikirkan
informasi baru yang diterimanya dan
sekaligus memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pertanyaan tentang berbagai
topic. Siswa juga bisa menilai hasil belajar sendiri.
Langkah pertama, apa
yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya tentang topic. Kemudian membangkitkan kategori
informasiyang dialami dalam membaca
ketika sumbang saran terjadi dalam kelas.
Contoh;
- Apa yang kamu ketahui tentang …?
- Dimana kamu pelajari tentang …?
- Bagaimana kamu mengetahuinya?
Langkah kedua, What I want to Learn (W), guru menuntun
siswa menyusun tujuan khusus membaca. Dari minat, rasa ingin tahu, dan
ketidakjelasan, yang ditimbulkan selama langkah pertama, guru memformulasikan
kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa.
Langkah ketiga,
What I have Learned (L) terjadi
setelah membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan,
memperluas, dan menemukanseparngkat tujuan membaca. Sesudah itu, siswa
mencatatinformasi yang telah mereka pelajari, mengidentifikasikan sisa
pertanyaan yang belum terjawab. Dengan cara ini, guru memberikan penekanan pada
tujuan membaca untuk memenuhi rasa ingin tahu pribadi siswa, tidak hanya
sekedar yang disajikan dalam teks.
- Strategi DRA
Strategi DRA ( Directed Reading Activity) dimaksudkan
agar siswa mempunyai tujuan membacayang jelas dengan menghubungkan berbagai
pengetahuan yang telah dipunyai siswa sebelumnya untuk membangun pemahaman.
Strategi DRA dirancang oleh Betts. Pada dasarnya, langkah-langkahnya mengikuti
petunjuk mempersiapkan siswa sebelum, saat membaca dalam hati, dan melanjutkan
kegiatan membaca dan pengecekan pemahaman dan keterampilan memahami pelajaran. Strategi DRA
didefinisikan sebagai kerangka berpikir
untuk merencanakan membaca suatu mata pelajaran yang menekankan membaca sebagai
media pengajaran dan kemahiraksaraan sebagai alat belajar.
- Strategi DRTA
Directed Reading Thingking Activity (DRTA)
mengemukakan bahwa istilah DRTA merupakan satu kritikan terhadap penggunaan
strategi DRA. Strategi DRA kurang memperhatikan keterlibatan siswa berpikir
tentang bacaan. Sebenarnya strategi DRA terlampau banyak melibatkan arahan guru
memahami bacaan, sedangkan strategi DRTA memfokuskan keterlibatan siswa dengan
teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.
Stauffer (dalam Rahim, 1996) menjelaskan bahwa guru bisa memotivasi usaha
dan konsentrasi siswa dengan melibatkan mereka secara intelektual serta
mendorong mereka merumuskan pertanyaan dan hipnotis, memproses informasi, dan
mengevaluasi solusi sementara. Strategi DRTA diarahkan untuk mencapai tujuan
umum.
2)
TEKNIK
MEMBACA
Pada umumnya,
untuk menemukakan informasi focus dengan efisien ada beberapa teknik membaca
yang digunakan yaitu (1) baca –pilih (selecting), (2) baca-lompat (skipping),
(3) baca- layap (skimming), (4) baca-tatap (scanning) (Tampubolon, dalam Rahim,
2011). Adapun penjelasan ke empat teknik ini adalah;
1. Teknik
baca-pilih (selecting)
Teknik
baca-pilih (selecting) adalah membaca bahan bacaan atau bagian-bagian
bacaan yang dianggap mengandung
informasi dibutuhkan (Safriandi, 2009). Dalam hal ini, pembaca hanya memilih
dan membaca bagian-bagian bacaan yang diperlukan saja.
2. Teknik baca-lompat (skipping)
Teknik
baca-lompat (skipping) adalah membaca dengan melakukan lompatan-lompatan
membaca. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak sesuai dengan
keperluan atau sudah dipahami tidak dihiraukan.
3. Membaca
memindai (Scanning)
Membaca memindai
disebut juga membaca tatap (Scanning). Membaca memindai atau Scanning ialah
membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui
banyak kata. Menurut Mikuleeky & Jefffries (dalam Rahim, 2011) membaca
memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Membaca memindai umumnya
digunakan untuk daftar isi buku atau majalah , indeks dalam buku teks, jadwal,
advertasi dalam surat kabar, buku petunjuk telepon dan kamus. Sebaliknya
membaca memindai tidak digunakan untuk cerita misteri, buku teks untuk suatu
kursus yang penting, surat-surat penting dari ahli hokum, denah (peta) untuk
menemukan jalan pulang, pertanyaan teks, dan puisi.
4. Membaca layap
(skimming)
Membaca layap
(skimming) ialah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian
suatu bacaan. Membaca dengan cepat sering dibutuhkan ketika sedang membaca.
Umumnya tidak semua informasi ingi diketahui dan diingat. Kalau kita hanya
ingin menemukan sesuatu tentang buku dan artikel, kita bisa melakukan dengan
membaca layap.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Membaca merupakan salah satu
keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa.
2.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa
sangat penting untuk menentukan strategi dan teknik membaca yang tepat dalam pembelajaran
3.
Strategi dan teknik pembelajaran membaca yang sesuai dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami bacaan.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis
menyarankan:
1. Guru dalam kegiatan pembelajaran
agar senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
siswa.
2.
Guru menggunakan strategi dan teknik pemahaman bacaan yang sesuai dalam
pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Balme, Michaela Perlman. 2000. Ein Hauptkurs Deutsch als Fremdsprache.
Munchen: Max Hueber Verlag.
Harris & Sipay. 1990. How to Increase Reading Ability.
Michigan: Longman
Safriandi. 2009. Teknik membaca. (online) (http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/11/04/teknik-membaca/, diakses 6 Juli 2012).
Materi yang saudara sajikan pada makalah ini sangat membantu saya dalam memenuhi tugas kuliah saya, maka dari itu saya izin share dan copy, semoga ilmunya bermanfaat, Aamiin...
BalasHapus